MANAJEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HAYATI PANTAI DAN LAUT

LAUT KITA,SUMBERDAYA KITA, DAN HARTA KITA

I.        Pendahuluan
Keanekaragaman hayati secara sederhana dapat dijelaskan sebagai keanekaragaman tumbuhan atau binatang yang terdapat di suatu daerah tertentu. Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang sangat besar (megadiversity), yakni 17% dari seluruh jumlah spesies di dunia, walaupun luasnya hanya 1,3% dari luas daratan di dunia. Luasnya kawasan perairan laut yang dimiliki menyebabkan Indonesia akan menjadi sangat bergantung kepada sumber daya laut. Enam puluh persen dari jumlah penduduk Indonesia hidup di daerah pesisir, dan persentase tersebut terus meningkat. Sumber daya pesisir Indonesia saat ini mendukung kehidupan 112 juta orang. Sebagian besar keanekaragaman hayati laut masih belum banyak dieksplorasi dan dimanfaatkan, suatu sumber daya yang akan memegang peranan vital untuk masa depan.
Kebutuhan Indonesia untuk mengelola sumber daya alam secara ekologis dan berkelanjutan sudah sangat mendesak. Eksploitasi berlebihan akan meningkatkan risiko terjadinya perusakan lingkungan dan mengurangi pilihan untuk pembangunan di masa depan. Eksploitasi biota laut secara berlebihan bukan merupakan tujuan bagi pembangunan jangka panjang Indonesia. Keputusan-keputusan yang sulit harus diambil untuk dapat menjamin tingkat eksploitasi berkelanjutan bagi populasi organisme laut. Masalah-masalah sosial yang berkaitan dengan penegasan batas-batas pemanenan juga harus diatasi. Keputusan-keputusan tersebut harus mendapatkan dukungan dari masyarakat dan lembaga-lembaga yang terkait.  
Pembangunan di kawasan pesisir saat ini harus dikelola supaya tidak merusak habitat alami yang penting, sehingga tidak mengurangi keberlanjutan pembangunan Indonesia di masa depan.
Untuk dapat menjaga agar pemanfaatan sumber daya alam hayati dapat berlangsung dengan cara sebaik-baiknya, maka diperlukan langkah-langkah konservasi sehingga sumber daya alam hayati dan ekosistemnya selalu terpelihara dan mampu mewujudkan keseimbangan serta melekat dengan pembangunan itu sendiri.
II.      Konservasi Sumberdaya hayati
Konservasi adalah segenap proses pengelolaan suatu tempat agar makna kultural yang dikandungnyaterpelihara dengan baik (Piagam Burra, 1981). Konservasi adalah pemeliharaan dan perlindungan terhadap sesuatu yang dilakukan secara teratur untuk mencegah kerusakan dan kemusnahan dengan cara pengawetan (Peter Salim dan Yenny Salim, 1991), sedangkan konservasi sumberdaya alam hayati merupakan pengelolaan yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya
 Kegiatan konservasi selalu berhubungan dengan suatu kawasan, kawasan itu sendiri mempunyai pengertian yakni wilayah dengan fungsi utama lindung atau budidaya (UU No. 24 Tahun 1992). Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam, sumber daya buatan,dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan.
Indonesia mempunyai 386 kawasan konservasi darat dengan luas sekitar 17,8 juta ha dan 30 kawasan konservasi laut dengan luas sekitar 4,75 ha. Dari  Kawasan konservasi tersebut terdapat 34 tanaman nasional darat (luas ±11 juta ha) dan 6 tanaman nasional laut (luas± 3,7 juta ha). Konservasi dilakukan untuk pelestarian  spesies di luar habitat alaminya. Saat ini ada 23 unit kebun binatang, 17 kebun botani, 1114 taman hutan raya, 36 penangkaran satwa dan 2 taman safari, 3 taman burung, 4rehabilitasi lokasi orang utan. Dengan keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia salah satunya dengan memiliki kawasan konservasi yang cukup banyak menjadikan Indonesia Negara kaya akan keanekaragaman hayati ke 2 setelah Brazil. Namun dalam pemanfaatan dan pemeliharaan keanekaragaman hayati tersebut, Indonesia kurang memikirkan pelestarian alam yang telah ada (http://www.menlh.go.id).

III.     Strategi Manajemen Konservasi sumberdaya hayati Pantai dan laut
Dalam menjaga kawasan konservasi tersebut maka dibutuhkan suatu upaya strategi pengelolaan ataupun manajemen yang tepat agar keanekaragaman hayati yang ada dapat terjaga dan dimanfaatkan dengan baik untuk generasi sekarang dan yang akan datang. Strategi itu meliputi :
1).        Proteksi terhadap spesies langka
     Spesies yang mengalami penurunan populasi hingga jumlah yang rendah akan mengalami dampak dari kehilangan keanekaragaman diversitas gen dan depresi inbreeding. Minimum Viable Population (MVP) dibutuhkan bagi kelangsungan hidup jangka panjang bagi suatu spesies untuk memastikan variabilitas genetika tetap terjaga. MVP dari 250 – 500 individu dapat diterima sebagai estimasi terbaik bagi penghindaran kondisi inbreeding.
Perlindungan spesies langka sangat penting dilakukan agar jumlahnya yang sedikit tidak habis bahkan mengalami kepunahan, selain itu untuk menjaga keseimbangan alam, karena setiap biota memiliki posisi tertentu pada rantai makanan ataupun tropik level, jika salah satu dari tropik level ini terganggu, maka akan mempengaruhi tropik level yang lainnya dengan kata lain rantai makanan menjadi terganggu dan tidak seimbang. Sebagai contoh populasi ikan hiu yang semakin menurun yang diakibatkan penangkapan berlebih oleh manusia untuk diambil siripnya, jika tidak ada aturan mengenai biota ini maka populasi hiu nantinya dapat punah. Hal ini dapat berdampak buruk karena hiu berperan penting sebagai pemangsa utama dalam rantai makanan di laut, dan berkurangnya jumlah mereka dapat berdampak buruk terhadap keseimbangan ekosistem laut.
Selain itu, contoh lainnya adalah jumlah populasi penyu yang semakin menurun, didaerah pantai-pantai sukabumi terdapat  perburuan penyu untuk diambil daging dan bagian-bagian lainnya, kerusakan lokasi tempat pendaratan untuk bertelur di pesisir pantai, juga pengambilan ikan oleh nelayan dengan menggunakan jaring yang secara tidak sengaja mengambil penyu. Dan semuanya itu terjadi dan dialami penyu di pantai pendaratan dan peneluran Sukabumi.
2). Kawasan Pengawetan ekologis
            Untuk dapat mendukung upaya dalam perlindungan terhadap spesies langka, maka perlu adanya pula suatu daerah/kawasan khusus sebagai tempat untuk menjaga dan memelihara keberlanjutan dari biota tersebut agar tidak punah ataupun paling tidak menjaga spesies yang dilindungi, maka diperlukan kawasan pengawetan ekologis, dimana kawasan ini dapat menjaga keanekaragaman tumbuhan dan satwa baik darat maupun laut serta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah penyangga kehidupan.
Dalam kegiatan pengawetan jenis  biota laut dan pantai dapat dilaksanakan di dalam kawasan (konservasi insitu) ataupun di luar kawasan (konservasi exsitu). Konservasi insitu adalah konservasi jenis flora dan fauna yang dilakukan di habitat aslinya baik di hutan, di laut, di danau, di pantai, dan sebagainya. Konservasi exsitu adalah konservasi jenis flora dan fauna yang dilakukan di luar habitat aslinya.
Pengawetan jenis biotalaut di dalam kawasan lindung/konservasi laut  dilakukan dengan membiarkan agar populasi semua jenis biota tetap seimbang menurut proses alami di habitatnya. Selin itu dilakukan dengan menjaga dan mengembangbiakkan jenis biota tersebut untuk menghindari bahaya kepunahan.
 Untuk dapat melakukan hal ini dengan baik, maka bidang-bidang keahlian yang dibutuhkan meliputi bidang keahlian ekologi yang dapat meliputi ekologi laut, darat, kemudian bidang keahlian biologi, biologi laut untuk dapat menganalisa siklus hidup dari biota tersebut agar dapat ditempatkan pada kawasan yang tepat dan sesuai dengan dengan biota tersebut.
3). Kontrol terhadap kegiatan manusia
Pengontrolan dan pemonitoringan terhadap kawasan konservasi sumberdaya hayati dirasa perlu dilakakukan karena dengan hal tersebut, kita dapat mengetahui sampai sejauh mana keefektifan dari kawasan konservasi tersebut dapat melindungi biota dari perburuan bebas oleh manusia, ataupun mengamati kegiatan manusia yang dapat merusak atau mengancam kelestarian dari biota dan keberlangsungan proses ekosistem. Sebagai contoh hutan mangrove, hutan mangrove memiliki nilai ekonomis dan ekologis yang tinggi, tetapi sangat rentan terhadap kerusakan apabila kurang bijaksana dalam mempertahankan, melestarikan dan pengelolaannya. Hutan mangrove sangat menunjang perekonomian masyarakat pantai, karena merupakan sumber mata pencaharian masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan. Secara ekologis hutan mangrove di samping sebagai habitat biota laut, juga merupakan tempat pemijahan bagi ikan yang hidup di laut bebas. Jika hutan mangove tersebut tidak dilakukan kontrol dan monitoring maka keberadaan mangrove tersebut dapat terancam karena aktivitas manusia yang tidak bertanggungjawab. Bidang keahlian yang dibutuhkan adalah bidang keahlian mangrove, ekologis,biologis.

4). Pemeliharaan dan penangkaran dalam habitat buatan
Jika pemeliharaan dan penangkaran suatu biota tidak dapat dilakukan dalam habitat asilnya, maka dapat dilakukan upaya penangkaran dalam habitat buatan. Habitat ini disesuaikan sebisa mungkin dengan habitat asal dari biota tersebut atau paling tidak terdapat faktor-faktor biologis,ekologis yang hampir serupa.
5). Kontrol Terhadap Spesies asing
Setelah dilakukan penangkaran baik itu dalam habitat asal maupun buatan terhadap suatu biota laut yang dianggap hampir punah atau jumlahnya yang semakin menurun, kemudian dilakukan juga pengontrolan terhadap biota/spesies asing yang mungkin saja memasuki kawasan tersebut. Hal ini cukup penting dilakukan karena spesies asing yang masuk kedalam habitat biota yang sedang dikonservasi atau yang dilindungi dapat menjadi predator bagi biota tersebut yang dapat memangsa mengurangi populasi biota tersebut, atau spesies asing tersebut dapat menjadi kompetitor dalam mencari makan/mencari mangsa, jika hal ini terjadi bisa dimungkinkan biota yang dilindungi tersebut akan kalah bersaing dan akhirnya populasinya dapat berkurang karena tidak dapat bertahan hidup.
6). Pendidikan konservasi biologis
Pendidikan konservasi biologis ini penting dilakukan, strategi ini pada umumnya ditujukan pada masyarakat yang tinggal disekitar wilayah/area konservasi. Pendidikan ini dilakukan dengan maksud agar proses konservasi keanekaragaman hayati bisa berjalan dua arah yaitu dari penyelenggara dan dari pihak masyarakat, sehingga bisa menghasilkan suatu kesinerginas diantara dua pihak tersebut. Pengetahuan akan daerah konservasi dan biota yang dilindungi penting diberikan karena dengan pengetahuan ini dapat memberikan informasi yang jelas tentang maksud dan tujuan dari konservasi supaya masyarakat memiliki rasa kepedulian terhadap lingkungan dan rasa memiliki dan menjaga keberlangsungan konservasi. Pada umumnya metoda yang digunakan adalah metode pendekatan berbasis masyarakat.
Kombinasi dari strategi-strategi tersebut dirasa perlu dilakukan karena dari strategi tersebut dapat mencakup semua aspek yang dibutuhkan dan faktor yang penting yang tidak dapat diabaikan satu sama lain dalam manajemen konservasi sumberdaya hayati laut dan pantai. Strategi tersebut juga saling mendukung satu sama lain dan dapat pula bersinergi yang bisa menghasilkan upaya pengelolaan yang cukup baik. Sebagai contoh jika kita melakukan proteksi terhadap suatu spesies langka, maka dibutuhkan suatu tempat atau kawasan khusus untuk menjaga, memelihara dan mengembangbiakan spesies tersebut dengan aman tanpa gangguan dari aktivitas lain seperti aktivitas manusia ataupun karena predator. Dari hal tersebut dapat dibuat suatu kawasan pengawetan ekologis. Untuk memelihara keberlangsungan spesies tersebut agar tidak habis jumlahnya dan mengalami kepunahan. Strategi tersebut juga saling berkaitan semisal untuk dapat menjaga keberlangsungan konservasi maka diperlukan upaya pengawasan,kontrol dan monitoring mutlak  agar dpat memantau aktivitas biota dan tentunya aktivitas manusia yang dapat mengancam dan merusak habitat dari spesies tersebut dan juga kontrol dari biota lain/asing yang berpotensi sebagai predator atau kompetitor bagi biota yang dilindungi. Sedangkan untuk bidang keahlian yang diperlukan dapat meliputi bidang keahlian ekologi,biologi, seperti keahlian mengelola pantai.mangrove, mengetahui siklus hidup, perkembangbiakan biota laut dan pantai dan lainnya.
           





Daftar pustaka
Kay, R. and Alder, J. (1999) Coastal Management and Planning, E & FN SPON, New
York
Rudy C Tarumingkeng,, (2001)  Pengelolaan Wilayah Pesisir Yang Berkelanjutan,

http://surajis.multiply.com/journal/item/20

Comments

Popular posts from this blog

POLA ADAPTASI BIOTA INTERTIDAL TERHADAP VARIASI PASANG-SURUT DI DAERAH MANGROVE (KERANG Polymesoda coaxans)

EKOFISIOLOGI DAN PROSES RESPIRASI (KONSUMSI OKSIGEN PADA KERANG)